Kepemimpinan Vs Manajer
A. MENDEFINISIKAN
Kepemimpinan
Kepemipinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut dengan penuh semangat berusaha mencapai tujuan. Seorang pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal menjalankan atau melaksanakan “kepemimpinan” yang dengan sendirinya berbeda: derajatnya, bobotnya, daerah jangkauanya, sasaran-sasarannya. Mari kita memperhatikan pandangan sejumlah penulis tentang istilah “kepemimpinan” tersebut:
• Definisi berikut berasal dari JOSEPH L. MASSIE/ JOHN DAOUGLAS :”….leadership ocours when one person includes other to work toward some predetermined objective “. (Joseph L. massie/ L. massie/ John Douglas, Managing, A Contemporary Introduction, Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi, 1975,p.295.
• Definisi dari HAROLD KOONTZ dan Cyril O’DONNEL:”…it (leadership) may be defined as the ability to exert interpersonal influence, by means of communication, to ward the achievement of a gold. (Harold Koontz/Cyril O’Donnel,Principle of management, An Analysis of Managerial Functions, light Editions, Mc. Graw Hill Book Company Inc, New York, 1959. P. 429)
Dari definisi-definisi yang dikemukakan dapatlah kita menyimpulkan bahwa kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang tergantung dari bermacam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun ekstern. Pada kalanya kepemimpinan seseongrang sangat menonjol atau berkembang pada saat tertentu, sedangkan pada periode yang lain hal tersebut memudar. Perhatikan gambar berikut :
Apabila gambar tersebut kita pelajari maka dapatlah disimpulkan bahwa kepemimpinan timbul apabila ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa apabila bahaya mengancam suatu kelompok dan kelompok tersebut berubah menjadi masa yang mulai bertindak sendiri, maka kelakuanya sulit diramalkan karena bersifat terpencar.
Manajer
Secara umum “manajer” berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya (Handoko,1984:17).
Kata manajer” dan manajemen” sulit diartikan. Kata-kata itu tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa manapun. Dalam bahasa inggris – Britania, Kata-kata itu mempunyai arti lain dengan yang terdapat di amerika. Dan bahkan di Amerika pun Kata-kata itu jauh dari jelas.
Untuk kata “manager” tidak ada padanan kata pengganti yang tepat di Jerman, Prancis, Italia dan Rusia; tetapi Kata-kata yang digunakan dalam Bahasa-bahasa ini sama tidak tepatnya dan sama sukarnya untuk dipahami seperti kata “manager” itu sendiri dalam bahasa Amerika. Kebanyakan orang bila ditanya apa artinya “manager” akan menjawab seorang “boss” . Tetapi apabila pada papan petak penyemir sepatu sepatu dipelabuhan utara ditulis “John Smith, Manager” setiap orang (sekurang-kurangnya di Amerika ) tahu ini berarti bahwa Mr.Smith bukanlah boss,yaitu bukan pemilik, melainkan orang yang dipekerjakan dengan sedikit wewenang dan gaji yang lebih besar dari gaji yang diterima tukang semir sepatu.
Pada awal sejarah manajemen seorang manajer di definisikan sebagai seorang yang “bertanggung jawab atas pekerjaan dari orang lain”. Pada waktu itu definisi ini mengandung maksud yang berguna. Ini membedakan fungsi manajer dan fungsi “pemilik”. Dengan demikian menjadi jelas bahwa memanejemeni adalah suatu pekerjaan khusus yang dapat dianalisis, ditelaah dan ditingkatkan secara sistematis. Definisi ini berfokus pada organisasi yang pada dasarnya baru, yang besar dan tepat,yang timbul untuk mengemban tugas ekonomi masyarakat ( P Drucker, 1978: 15).
Namun definisi itu tidak memuaskan sama sekali. Dalam kenyataanya definisi itu tidak pernah memuaskan. Dari pemulaan terdapatlah orang perusahaan,seringkali orang yang punya jabatan yang berisi tanggung jawab,yang jelas termasuk dalam kelompok manajemen, namun tidak melakukan menajemen, artinya tidak bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain. Bendahara dari suatu perusahaan, orang yang bertanggung jawab atas suplai dan pemakaian uang dalam perusahaan, mungkin mungkin mempunyai bawahan dan dalam arti itu menjadi manajer menurut definisi tradisional. Jelas bendahara sendiri melakukan sebagian besar tugas bendahara. Ia bekerja dengan para persero perusahaan, dengan masyarakat keuangan dan sebagainya. Namun ia hanyalah seorang “penyumbang individual” dan bukan manajer. Tetapi ia menjadi anggota manajemen tingkat atas.
Juga definisi itu lebih memfokuskan kepada alat untuk tugas daripada kepada tugas itu sendiri. Orang yang bertugas pada riset pasar dalam suatu perusahaan mungkin mempunyai banyak orang yang menyampaikan laporan kepadanya. Maka dia itu adalah seorang manajer dalam pengertian tradisional. Tetapi sebenarnya soal adanya staf besar atau kecil atau tidak adanya staff sama sekali tidak menimbulkan perbedaan pada fungsi dan sumbangannya. Sumbangan yang sama dalam riset pasar dan analisis pasar dapat diartikan oleh seorang tanpa adanya laporan dari seorang pun. Ia bahkan dapat memberikan sumbangan yang lebih besar apabila ia tidak terpaksa memboroskan banyak waktunya dengan bawahan dan pada dalam perusahaan, lebih dapat dimengerti rekan sejawat dalam manajemen definisi tentang “apakah bidang usaha kita itu”. Sejalan dengan definisi tradisional mengenai manajer sebagai orang yang “bertanggung jawab untuk pekerjaan orang lain”. Kita seharusnya berbicara tentang “manajer para ahli riset pasar”. Pemakaian umum ini adalah benar karena pengertian intuitifnya tentang sifat tanggung jawab dari jabatan manajer dan isi tanggung jawab itu dan tentang cara menilai pemegang jabatan itu.
Definisi tradisional telah menjadi semakin tidak sesuai dan menjadi hambatan lahirnya manajemen dan organisasi yang efektif serta karya yang nyata. Definisi tradisional sebagian besar menjadi sebab kenyataan bahwa para penyumbang professional individual di masa lalu menimbulkan masalah di dalam struktur dan jadi masalah bagi diri mereka sendiri. Jabatanya, gajinya, fungsinya dan kesempatan pengembangan kariernya membingungkan, tidak menentu dan menimbulkan ketidakpuasan dan pertikaian. Meskipun demikian jabatan dari jumlah professional ini bertambah dengan cepat.
Perlu fleksibelitas yang lebih besar dalam penentuan tugas-tugas orang didalam kelompok manajemen seperti untuk gugus tugas, team, dan unit organisasi lain yang sifat pengurusannya tidak sesuai dengan konsep “organisasi ini” yang tradisional yaitu organisasi di mana salah satu anggotanya menjadi boss sedangkan anggota-anggota lainnya hanya bawahan.
Para manajer dalam pengertian tradisional harus mampu meleburkan diri dalm keadaan dimana mereka bukan lagi atasan, bahkan dimana mereka menjadi “kaum yunior” nya orang yang bukan manajer dalam suatu team atau suatu gugus tugas. Sebaliknya, para professional yang tidak memiliki fungsi manajer atau jabatan dalam pengertian tradisional harus sangup pula menjadi pimpinan team atau pemimpin gugus tugas. Pemisahan tradisional antara yang manajer dan bukan manajer akan semakin merupakan penghambat dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman ( P Drucker, 1978: 17).
B. MENJELASKAN
Kepemimpinan
Sifat dasar kepemimpinan
Kepemimpinan yang merupakan proses memberikan orang lain untuk bekerja keras guna menyelesaikan tugas-tugas yang penting. Seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini, kepemimpina akan membangun komitmen dan antusiasme yang diperlukan orang lain untuk menetapkan bakat mereka sepenuhnya guna membantu menyelesaikan rencana dan pengendalian yang tidak lain adalah memastikan segala sesuatunya berubah menjadi semestinya.
“Pemimpin-pemimpin besar, demikian dikatakan”, Membuat hal-hal yang luar biasa dapat dilakukan di dalam organisasi dengan memberikan inspirasi dan motivasi orang lain ke arah tujuan yang sama. Oleh karena itu, agar berhasil sebgai pemimpin maka orang tersebut harus berusaha sebaik mungkin dalam menghadapi semua aspek motivasi, komunikasi, hubungan interpersonal, kerja kelompok dan dinamika kelompok. Sering, visi diartikan sebagai hal-hal yang penting yang melekat dalam kepemimpinan efektif. Istilah tersebut pada umumnya digunakan untuk menjelaskan seseorang yang memiliki perasaan yang jelas tentang masa depan dan suatu pemahaman tentang tindakan yang dibutuhkan agar berhasil mencapainya. pada catatan di bawah memberikan lima prinsip untuk memenuhi tantangan-tantangan kepemimpinan visioner. Perhatikan bahwa saran-saran tersebut jauh melampaui tanggung jawab kepemimpinan. Kepemimpinan dengan visi berarti melakukan hal tersebut bahkan lebih banyak lagi. Kepemimpinan menuntut penyampaian visi itu kepada semua pihak yang terkait dan kepemimpinan tergantung kepada orang termotivasi untuk mencapai visi dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
(Schermerhorn.1996: 4)
Konsep kepemimpinan kerap kali memusatkan perhatian pada personalitas sang pemimpin atau ciri-ciri pribadinya. Studi riset yang dilaksanakan orang tentang pemimpin-pemimpin dan non pemimpin memberikan petunjuk bahwa para pemimpin :
• Cenderung lebih mencapai kesesuaian secara psikologis;
• Cenderung memperlihatkan penilaian lebih baik;
• Cenderung menunjukkan interaksi lebih banyak dengan para non pemimpin;
• Cenderung memberikan lebih banyak keterangan-keterangan;
• Cenderung memimpin dalam hal menafsirkan suatu situasi.
Macam-macam tipe kepemimpinan
Dalam kepemimpinan tidak ada azas-azas yang universal, yang tampak ialah bahwa proses-proses kepemimpinan san pola-pola hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin mempunyai ciri-ciri khas dalam setiap kelompoknya. Ciri-ciri khas hubungan ini memberikan pengaruh kepada sikap dan watak pemimpin dii bentuk oleh interaksi didalamnya. Dari pengaruh itu menimbulkan beberapa tipe pemimpin berdasarkan kepribadian-kepribadiannya. Klasifikasi umum dari Terry menyebutkan diantaranya ialah:
• Kepemimpinan pribadi
• Kepemimpinan non pribadi
• Kepemimpinan otoriter
• Kepemimpinan demokratis
• Kepemimpinan paternalistis
• Kepemimpian bakat
Hubungan pemimpin dan individu-individu secara pribadi dan intim sehingga segala intruksi disampaikan secara langsung dengan lisan. Hubungan ini hanya dapat dilakukan jika tugas-tugas itu mudah dilaksanakan oleh bawahan, volume kerja tidak luas dan tidak rumit dan organisasinya sederhana. Banyak terdapat pada perusahaan perorangan atau perusahaan kecil. Kepemimpinan yang dijalankannya diterima bawahannya dengan sungguh-sungguh karena dekatnya hubungan antara bawahan dengan atasan bahkan hubungan itu mencangkup hal-hal pribadi baik atasan atau bawahan.
Kepemimpinan otoriter adalah yang didasarkan kepada hak wewenang untuk memimpin, yang dilimpahkan dari instansi atau lembaga yang lebih tinggi yang berwenang memberikannya. Pelmpahkan hak tersebut diterima dan dijabat secara langsung melalui penunjukan dari atas sebgai instruksi dinas. Tepat atau tidak penunjukannya tersebut bukan menjadi soal. Segi positif kepemimpinan otoritas ialah bahwa kebijakan pusat akan diproyeksikan oleh pemimpin yang ditunjuknya itu pada lingkupan wewenagnya. Dengan demikian kebijakan pusat secara vertikal akan terjamin kelancarannya. Kepemimpinan otoritas ini biasa terdapat pada instansi pemerintah, dimana pimpinan suatau jawatan/ kantor di daerah diangkat dan ditunjuk untuk memimpin suatu jawatan atau lembaga atas dasar otoritas dari puat. Tan Hwie Liong mengatakan bahwa tugas yang umum ialah menjalankan pemerintah didalam lingkungan daerah penguasannya, dengan jalan melaksanakan peritah-perintah dari pihak atasan yang ada pada tingkatan-tingkatan pemerintah yang lebih tinggi. Lagi pila ia harus melaksanakan koordinasi terhadap pekerja jawatan-jawatan vertikal dari berbagai departemen di dalam daerahnya. Dengan otoritas yang diperolehnya itu maka ia mempunyai jaminan hak dan fasilitas untuk melaksanakan tugasnya. Ia akan membuat beberapa kebijakan dan peraturan untuk organisasi yang akan dilaksanakan olehnya dan bawahannya. Kepemimpinan otoriter ini mempunyai kecenderungan mejadi agak diktator atau tirani, dimana ia dapat memaksakan bukan saja peraturan yang tertulis tetapi keinginan yang tidak tertulis dasarnya pun dijadikan intruksi dinas yang wajib dipatuhi oleh bawahannya.
Kepemimpinan demokratis adalah bentuk yang ideal dalam suatu organisasi, baik bagi kepentingan pemimpin maupun bagi bawahan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Dengan kepemimpinan demokrasi tidaklah berati memberi kebebasan yang tidak ada batasnya kepada pemimpin terhadap bawahannya. Keterikatan tertap ada untuk menjamin kepentingan golongan lain atau kelompok atau bagian lain dari organisasi itu. Yang paling pokok adalah sasaran tujuan organisasi itu tercapai.
Kepemimpinan paternalistis, si pemimpin tindakanya melulu bersikap sebagai seorang bapak terhadap anak-anaknya. Kita tahu seorang bapak tidak hanya membimbing, memberi petunjuk-petunjuk pengarahan yang dianggapnya baik tetapi juga menjaga atau melindungi dari bahaya-bahaya dan kemungkinan-kemungkinan negatif yang menimpa mereka. Pendek kata pemimpin memeperhatikan bawahannya sampai kepada masalah keselamatan dan kesejahteraan hidupnya. Tetapi disamping itu segi buruknya pun tidak luput ialah kreatifitas, kristalisasi tujuan oraganisasi tidak akan berkembang karean ruang gerak pesifik bawahan di batasi sehingga ketergantungan kepada inisiatip pemimpin sangat besar.
Kepemimpinan bakat adalah kepemimpinan yang didasarkan kepada bakat yang dibawa sejak lahir. Berlawanan dengan kepemimpinan kharismatis dimana seseorang menjadi pemimpin karena faktor keturunan dan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan mistik si pemimpin. Pada pengertian kepemimpinan bakat kedudukan pemimpin itu di isi oleh seseorang dari kelompok orang-orang dalam suatu organisasi informal dalam masyarakat. Demikianlah sepintas uraian menganai bebrapa tipe kepemimpinan secara garis besarnya.(Soewardi.1980: 7)
TEORI KEPEMIMPINAN
a. Situasional
Dalam kepemimpinan situasional menyarankan agar terdapat keluwesan yang cukup dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan diri, langkah dan kebijakan kepada berbagai keadaan situasi. Oleh karena itu maka kepemimpinan situasional adalah bersifat serba dimensi atau multi-dimensional. Dalam teori ini kepemimpinan di bentuk oleh empat variabel : pemimpin, pengikut, organisasi dan pengaruh peleksos. Fiedler melalui riset terhadap kepemimpinan yang adaptif dalam berbagai situasi, mengemukakan ada 3 dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur keefektifan pemimpin:
• Kepercayaan dan keyakinan pengikutnya.
• Tingkat dimana jabatan-jabatan pengikut bersifat rutin dan tidak berstruktur.
• Kekuasaan yang inheren dalam posisi kepemimpinan.
b. Teori tingkah laku personal
Kepemimpinan dapat juga dipelajari dari dasar kualitas personal atau pola tingkah laku para pemimpin. Sumbangan penting dari teori ini adalah bahwa seorang pemimpin tidak bertingkah laku atau bertindak yang sama dalam setiap situasi yang dihadapinya.
c. Teori kepemimpinan suportif
Disini pemimpin mengambil sikap bahwa pengikut-pengikutnya hendak melaksanakanya dengan baik dan bahwa seseorang dapat berperan baik dengan membantu usahanya. Oleh beberapa orang teori suportif ini di sebut juga teori partisipatif. Pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja yag meningkatkan harapan oleh setiap orang untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan kerjasama dan mengembangkan kemampuan serta kecakapan yang dimilikinya. Pengambilan keputusan-keputusan oleh pemimpin mencangkup pertimbangan –pertimbangan rekomendasi dan pendapat pengikutnya yang mencari suatu hal yang agresif. Teori ini disebut juga teori kepemimpinan demokratik karena mengandung unsur demokrasi. Dalam teori suportif ini pemimpina menganggap bawahan sebagai mempunyai perasamaan sosial dan memperhatikan pengetahuan dan ide mereka. Teori suportif menghendaki praktek-praktek memberikan, bantuan pada pengikut serta memperlakukannya sebagai individu berpribadi yang mempunyai hak dan keluhuran manusia untuk bekerja sama, produktif dan sebagai pekerja yang puas. Dilain pihak tedapat adanya tantangan terhadap teori suportif ini yaitu bahwa hak-hak individu dan keluhuran mungkin sekali dapat menunjang aktifitas menejerial. Selanjutnya pihak penentang itu juga menuntut bahwa teori suportif itu telah melanggar adat kebiasaan tradisisonal perusahaan swaasta di mana pemilik atau penguasanya memperoleh pengalaman kecakapan dengan melalui proses pengambilan keputusan.
d. Teori Kepemimpinan sosiologik.
Dalam teori kepemimpinan ini di gambarkan sebagai pelengkap kerja bahwa:
• Fasilitaskan aktifitas yang hendak dilakukan bawahan.
• Berusahalah untuk mendamaikan setiap perselisihan dalam organisasi diantara bawahan.
Pemimpin menetapkan sasaran tujuan itu dengan partisipasi para bawahannya dalam mengambil keputusan akhir. Identifikasi tujuan memberikan pengarahan, yang sering diperlukan oleh para bawahanya, sehingga merakan tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus diyakini dann sikap serta tingkah laku apa yang di harapkan. Dalam keadaan demikian pemimpin diharapkan mengabil tindakan perbaikan dan mempergunakan pengaruh kepemimpinannya serta mengembalikan keharmonisan usaha kerja sama diantara para bawahan.
e. Teori Kepemimpinan psiokologik.
Pendekatan teori psikologik menegnai kepemimpinann menganjurkan bahwa fungsi utama pemimpin adalah mengembangkan sisem motivasi yang baik. Pemimpin mendorong bawahannya untuk menunjanng tujuan-tujuan orgasnisasi sebagaimana mereka memuaskan tujuan mereka sendiri. Program pemuasan kebutuhan ini merupakan tantangan bagi pemimpin psikologik dan teori kepemimpinan psikologik ini sangat umum dan luas. Teknik memotivasi ada banyak dan berhasil, bisanya diasosiasikan dengan penerapan teknik yang tepat tehadap hal ikhwal individu tertentu.
F. teori kepemimpinan otokratik.
Kepemimpinan yang dilukiskan dalam teori ini mengandung sifat dan adanya perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak sewenang-wenang denag hubungan pemimpin dan bawahannya. Pemimpin otokratik memeberikan perintah yang bisanaya ditunjang oleh bebrapa sanksi tehadap pelanggaran disiplin, sebagai salah satu hal yang terpenting. Terdapat keyakinan bahwa orang akan bekerja lebih baik dalam suatu iklim diman tedapat adanya kepatuhan biasa disuruh. Pemaksaan oleh pemimpin otokratik tergantung kepada kekuaasaan untuk mengajar atau menghukum.
Teori 3 Dimensi dari REDDIN
Ada dua tabiat kepemimpinan yang penting yaitu merintis jalan dan berpandangan luas. Reddin dalam bukunya mengenai Effectivesess mengusulkan untuk menetapkan corak campuran dalam empat tipe situasi dasar. Sebagaimanan dinyatakan dalam gambar dibawah ini, style atau corak dan situasi dapat ditempatkan pada kerangka dimensi ‘Orientasi Tugas’ dan ‘Orientasi Hubungan-hubungan’
Judul 3D dalam gambar di atas dimaksudkan sebagai dua tipe corak dan empat petak itu menunjukan persamaan satu diantaranya sanagt efektif berurusan denagn situasi sedangkan yang lainya kurang efektif. Huruf-huruf ” I” dimaksudkan dengan inefektif dan “E” adalah efektif. Corak yang kurang efektif disebut “kompromis”, menyangkut integrasi melalui pendekatan-pendekatan perniagaan dan “pemisahan perbedaan”. Ccorak yang paling efektif disebut “Eksekutif”, menekankan kerjasama, koordinasi, dan konfrontasi untuk menemukan.(Soewardi.1980: 83-87)
Teori Perangai Kepemimpinan
Upaya sistematis pertama untuk memahami kepemimpinan adalah penelitian yang menandai karakteristik tertentu pemimpin yang diperkirakan akan meraih sukses. Tema penelitian awalnya adalah bahwa pemimpin itu di lahirkan, bukan di didik. Namun membandingkan pemimpin melalui beebagai sifat lahiriah, kepribadian dan kecerdasan telah menyebabkan ketidak kesepakatan di antara para peneliti. Pada awal abad ke dua puluh, pemimpin biasanya diduga memiliki sifat yang berbeda dalam hal kecerdasan, bentuk fisik, dan kepercayaan diri. Penelitian mengenai perpaduan sifat pemimpin berlangsung 40 th berikutnya, namun tidak banyak dicapai kesepakatan tentang perangan dan pengetahuan yang menandai karakteristik pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil. Peninjauan ulang kepustakaan dan penelitian tentang perangai menunjukan sejumlah karakteristik yang di perlukan dari para pemimpinseperti berikut:
• Dorongan : Kemampuan untuk mengambil prakarsa (inisiatif) bersemangat tinggi dan mengejar prestasi atau pencapaian.
• Motivasi : hasrat yang kuat untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain.
• Integritas : jujur dan dapat di percaya dengan berurusan dengan orang lain.
• Percaya diri : besifat tegas, penuh keberanian, peraya diri.
• Cerdas : wewenang tidak tertulis dan kuantitatif serta kemampuan mengolah dan menggunakan informasi rumit.
• Pengetahuan : memiliki pemahaman yang kokoh tentang pekerjaan, organisasi, dan industri.
Namun, perangkat karakteristik yang diinginkan ini pun ternyata tidak cocok pada setiap situasi atau setiap pemimpin. Seorang pemimpin yang berhasil adalah seorang yang mampu mencapai hasil yang di kehendaki. Tidak ada perangkat karakteristik tertentu yang sesuai dengan setiap orang yang berhasil.(Gibson,Donnely,Ivancevich.1996:11)
Manajer
a. Tingkatan Manajemen
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer menjadi tiga golongan yang berbeda :
Manajer lini pertama. Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memmimpin dan mengawasi tenaga-tenaga opersional, disebut manajemen lini atau garis pertama (first line atau first level). Para manajer ini sering disebut dengan kepala atau pimpinan (leader), mandor (foremen), dan penyelia (supervisiors). Sebagai contoh adalh mandor dalam pabrik, kepala seksi yang langsung mambawahi tenaga pengetik dan pembukuan dalam kantor yang besar, dan penyelia teknik dalam departemen riset.
Manajer menengah. Manajer menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional. Sebutan lain bagi manajer menengah adalah manajer departemen, kepala pengawas (superintendents), dan sebagainaya. Sebagai contoh kepala bagian yang membawahi bebrapa kepala seksi, atau kepala sub divisi perusahaan yang membawahi beberapa kepala bagian.
Manajer puncak. Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri dari sekolompok kecil eksekutif. Manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Sebutan khas bagi manajer pyncak adalah direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden senior, dan sebagainya (Handoko,1984:18).
Tingkatan-tingkatan manajemen dalam suatu organisasi dapat digambarkan sebagai berikut: lihat gambar 1.1. Tingkatan Manajemen dalam organisasi
Perbedaan tingkat manajemen akan membedakan membedakan pula fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan. Ada dua fungsi utama manajemen, yaitu manajemen administrative dan manajemen operatif. Manajemen administratif lebih berurusan dengan penetapan tujuan dan kemudian perencanaan, penyusunan kepegawaian, dan pengawasan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen operatif lebih mencangkup kegiatan memotivasi, supervisi, dan komunikasi dengan para karyawan untuk mengarahkan mereka mencapai Hasil-hasil secara efektif. Pada tingkatan manajemen rendah, para manajer akan banyak melaksanakan fungsi manajemen operatif. Semakin tinggi tingkatannya, mereka menjadi lebih terlibat dengan manajemen administratif.
Tentu saja tidak ada posisi manajemen yang hanya melaksanakan salah satu, operatif atau administratif; semua singkatan mempunyai kedua unsure tersebut. Gambar 1.2. menunjukan perbedaan antara kedua tipe manajemen tersebut (Handoko,1984:19).
Gambar 1.2. Perbedaan Manajer administratif dan operatif dalam
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
b. Manajer-Manajer Fungsional dan Umum
Atas dasar ruang lingkup kegiatan yang dikelola, para manajer dapat pula di klasifikasi sebagai manajer fungsional atau manajer umum. Manajer Fungsional mempunyai tanggung jawab hanya atas satu kegiatan organisasi, seperti produksi, pemasaran, keuangan, kepegawaian (personalia), atau akuntansi. Kegiatan-kegiatan dari fumgsi-fungsi lainnya ada di bawah manajer-manajer fungsional lainnya. Sebagai contoh, manajer pemasaran bertanggung jawab atas akan seluruh kegiatan distribusi tetapi harus minta bantuan kepada manajer personalia untuk masalah-masalah tenaga penjualannya.
Pada tingkatan manajemen yang lebih tinggi, manajer umum mengatur, mengawasi dan mengawasi atas suatu kerja keseluruhan atau divisi operasi yang mencangkup semua atau beberapa kegiatan-kegiatan fungsional suatu kerja.Gambar 1.3. Akan menjelaskan hubungan antara dua tipe manajer tersebut (Handoko,1984:20).
C. Fungsi – fungsi yang dilaksanakan Manajer
Manajemen dapat berarti pencapain tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu, tetapi dalam hal ini belum ada persamaan pendapat dari para ahli manajemen tentang apa fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh Henri fayol, yang menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian perintah dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama (Henri Fayol, General and Industrial Management, Pitman New York, 1949, hal. XXi).
G.R TERRY (Principles of management) menyatakan bahwa fungsi-fungsi fundamental manajemen meliputi hal-hal sebagai berikut;
• PLANNING (PERENCANAAN)
• ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)
• ACTUATING (MENGGERAKKAN)
• CONTROLLING (MENGAWASI)
Ingat singkatan : P. O. A. C.
(Sondan P.Siagian,2003:85).
H.ALBERS (Management, The Basic Concepts) mengemukakan fungsi-fungsi manajemen berikut:
• PLANNING
• ORGANIZING
• DIRECTING
• CONTROLLING
RICHARD D. ANDERSON (Management practice) membagi manajemen dalam 5 elemen sebagai berikut:
• PLANNING
• ORGANIZING
• STAFFING
• EXCECUTING
• APPRAISING
(Winardi,1990:161).
HERBERT G. HICKS (The management of organizations) mengemukakan pembagian berikut:
• PLANNING
• ORGANIZING
• MOTIVATING
• COMMUNICATING
• CONTROLING
• CREATING
(Winardi,1990:162)
Ada seorang yang bernama LUTHER GULICK yang pada tahun 1930 mengemukakan istilah singkatan:
P O S D C O R B
(Sondan P.Siagian,2003:84).
Di dalamnya terkandung 7 buah fungsi yaitu:
• PLANNING
• ORGANIZING
• STAFFING
• DIRECTING
• COORDINATING
• REPORTING
• BUDGETING
ERNEST DALE dalam bukunya: Management; Theory and Practice membagi fungsi-fungsi manajemen dalam:
• PLANNING
• ORGANIZING
• STAFFING
• DIRECTING
• INNOVATION
• REPRESENTATION
(Winardi,1990:163)
Perencanaan (Planing)
Tugas pertama seorang manajer adalah: memutuskan apa yang ingin dicapainya. Maksudnya mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari organisasinya.
Untuk melaksanakannya, manajer tersebut harus dapat meramalkan:
Lingkungan Ekonomi;
Lingkungan Sosial;
Lingkungan polotikal, di mana organisasinya akan beroperasi dan sumber-sumber daya ;
Manusia;
Uang;
Peralatan yang akan tersedia padanya.
Kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuannya sudah tentu tergantung pada kedua faktor tersebut yang berarti bahwa: Tidak semua tujuan yang ingin dicapainya dapat dicapai dalam situasi yang berlaku, dan dengan sumber-sumber daya yang dikuasainya. Perlu di ingat bahwa fungsi perencanaan juga mencangkup “BUDGETING” dari GULICK karena sebuah budget merupakan sebuah rencana untuk mengeluarkan sejumlah uang pada setiap fase usaha yang bersangkutan (Winardi,1990:163)
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian sebagai fungsi organik administrasi dan manajemen ialah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Sondan P.Siagian,2003:95).
Mari kita memperhatikan beberapa pendapat tentang istilah pengorganisasian atau “ORGANIZING”……Boardly speking, organizing is concerned with the formal structure of the organization. Organization identifies the official distribution of authority in the organization and concomintaly, establishes formal roles for the organization numbers (Patrick E. Connor C.S (eds), Dimensions in modern management, Hougthon Miffin Company, Boston, 1974, p. 123).
“Organization is the establishing of effective behaviour relationships among person so that they my work together efficiently and again personal satisfaction in doing selected tasks under given environmental condition for the purpose of achieving some goal or objective” (G.R. Terry p.298).
Definisi ketiga lebih menjelaskan konsepsi yang sedang kita perhatikan . “Organization is for the purpose of creating relationships that will minimize friction, focus on the objective, clearly define the responsibilities of all parties, and facilitate the attaining of the objective” (Spriengel and Lansburgh, Industrial management, John Wiley & Sons Inc. New York, 1962, p. 5.1).
Definisi keempat menekankan tugas-tugas dan pembagian tugas-tugas. “Organizing entails defining the tasks needed to accomplish organizational goals and subsequently breaking these tasks down into discrete duties and jobs to wich individuals can be assingned. The scopor organizing encompasses the creating of superior subordinate relationship, specialization for efficiency and inpcreased effectiveness and the grouping of individuals into units”(Theodore T Herbert, Dimensions of Organizational Behaviour, Collier Mac Millan, New York, London, 1976, p. 29).
Dari definisi-definisi tentang “ORGANIZING” dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa:
o “ ORGANIZING” berhubungan dengan kegiatan mengusahakan agar sekelompok manusia bekerja sama ke arah pencapaian sasaran tertentu.
o “ORGANIZING” berhubungan pula dengan penyusunan dan pemerincian-pemerincian tugas/jabatan/hak dalam suatu kerangka (struktur organisasi formal),yang secara keseluruhan diharapkan akan dapat mencapai sasaran dengan efisien.
Pengorganisasian formal memerlukan sejumlah langkah yang sistematis sebagai berikut:
Ketahuilah terlebih dahulu sasaran-sasaran daripada pengorganisasian dalam situasi lingkungan.
Bagilah pekerjaan yang harus dilaksanakan ke dalam aktivitas-aktivitas bagian.
Kelompokanlah kemudian akyivitas-aktivitas tersebut ke dalam kesatuan-kesatuan praktis yang didasarkan atas persamaan pentingnya aktivitas atau pihak mana akan melaksanakan pekarjaan tersebut.
Tetapkanlah tugas-tugas dan sediakanlah alat-alat fisik bagi masing-masing aktivitas atau kelompok aktivitas-aktivitas.
Tugaskanlah personal yang kompeten atau personal yang secara potensial dapat siperkembangkan.
Beritahukanlah kepada masing-masing anggota, aktivitas apa diharapkan akan dilaksanakan dan hubungannya dengan pihak lain di dalam perusahaan yang bersangkutan (G.R. Terry p.300)
Koordinasi (Coordination)
Menurut SPERIEGEL/LANSBURGH, fungsi-fungsi seorang pemimpin adalah:
- PERENCANAAN
- PENGORGANISASIAN dan
- PELAKSANAAN
Segi tiga sentral menggambarkan inti daripada organisasi.otoritas timbul karena tanggung jawab, tanggung jawab dilaksanakan melalui kepemimpinan, kepemimpinan dilipatgandakan melalui delegasi dan ditetapkan melalui penetapan fungsional. Koordinasi adalah proses mempersatukan atau mensingkronkan semua usaha manajemen.
Dipandang dari sudut organisasi secara keseluruhan maka organisasi adalah: hubungan struktural antara berbagai faktor didalam sebuah perusahaan”. Organisasi kadang-kadang dihubungkan dengan fungsi-fungsi di dalam suatu kerangka struktural atau dengan kesatuan yang berfungsi sebagai suatu keseluruhan.
Sistem bersifat subsuder terhadap organisasi dan hanya timbul apabila prosedur-prosedur telah distandarisasi.
Sistem merupakan kristalisasi prosedur-prosedur dimana usaha-usaha manusia dan departemen-departemen dikoordinasi serta diintegrasi.
Organisasi melaksanakan tujuannya dengan jalan menentukan skope serta batas-batas masing-masing individu atau kelompok individu-individu di dalam sebuah perusahaan, bersama-sama dengan hubungan dan kontak mereka satu sama lain.
Definisi berikut tentang koordinasi menjelaskan pengertiannya (Spriegel and Lansbrugh, p 6.1.)…….Coordination may be defined as the synchronizing of effort from the standpoint of time and sequence of execution”. It is the common element in all managerial effort.
Adapun sejumlah hal yang mempengarui koordinasi efektif:
-.Jenis struktur organisasi yang dipergunakan
-.Tingkat pengetahuan personal tentang saran-saran, prosedur dan kebijaksanaan-kebijaksanaan orbanisasi yang bersangkutan.
-.”kaliber” dari pada personal yang melakukan “supervisi”
-. Hingga tingkat tertentu hal tersebut tergantung pula pada usia kesatuan organisasi yang beroprasi, bersama-sama dengan tradisi serta kebiasaan-kebiasaannya (Winardi,1990:195).
Menggerakkan (Actuating)
Perkataan Actuating berasal dari kata kerja “ To Actuate” yang di maksud dengan “To Actuate” adalah: “…….. to input ito action; incite, motivate, influence (John Gage Allee (editor) Webster’s New standard dictionary, Mc. Loughlin brother Inc, New York, 1969, p. 9).
Jadi dari kata-kata tersebut dapat di nyatakan bahwa “ACTUATING” berhubungan dengan aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mereka suka melakukan usaha-usaha kearah pencapaian dari suatu sasaran tertentu. Hal tersebut juga terungkapkan dalam definisi berikut tentang Actuating yang dikemukakan oleh G.R. Terry (G.R. Terry, 435)
“. . .Actuating is getting all the members of the group to want to achieve and strive to achieve mutual objectives because they want to achieve them”.
Tindakan perencanaan serta pengorganisasian belumlah akan memberi hasil nyata, sebelum kita melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengannya. Problem yang lazim di hadapi oleh para manajer sebuah perusahaan, instansi atau organisasi adalah :
Bagaimana cara mengusahakan agar para anggota organisasi yang bersangkutan bekerja sama dengan lebih efisien.
Bagaimana mereka mengembangkan skill dan keahlian mereka.
Bagaiman mereka dapat menjadi wakiln baik organisasi yang bersangkutan.
Pada zaman dahulu (pada masa permulaan kapitalisme) para pekerja pada umumnya dianggap sebagai alat bagi kepentingan perusahaan dan pemiliknya.
Usaha “actuating” pada masa itu terdiri dari tindakan memaksa para pekerja untuk melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan dengan berbagai macam ancaman jika hal tersebut tidak atau kurang dilakukan dengan baik.
Memimpin (Leanding)
Memimpin adalah sebuah aktivitas yang menyangkut pihak yang memimpin dan pihak yang di pimpin. Tanpa kerja sama antara kedua belah pihak yang berkepentingan maka sulit dapat diharapkan akan tercapainya sasaran-sasaran. Memimpin manusia merupakan salah satu bagian penting dari pada usaha-usaha.
Seorang pemimpin dapat melaksanakan macam-macam gaya kepemimpinan yang sebagian besar tergantung dari pada watak orang yang bersangkutan. Tetapi seorang pemimpin yang bijaksana senantiasa akan berusaha untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling menjalankan kepemimpinan atau leadership.
Mengenai aspek ini terdapat macam-macam pendapat yang biasanya dapat di jumpai dalam berbagai litertur tentang manajemen. Ada baiknya untuk memperhatikan definisi tentang soal kepemimpinan itu.
Leadership. The process whereby an individual exerts a positive influence over the behaviour of others without the use of coercion. Leadership is important for the success of any group acitivity although the nature or style of the leadership needed in one situation may differ substantially from that required in another (Thomas Kempner (editor), A Handbook of management, penguin books, Harmondsworth, Middlesex, 1976, p. 221).
Pengendalian (Controlling)
Akhirnya, manajer harus yakin tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi benar-benar menggerakan organisasi kearah sasaran yang telah di rumuskan. Ini adalah fungsi pengendalian manajemen, dan melibatkan beberapa elemen: 1. Menetapkan standar prestasi kerja, 2. Mengukur prestasi saat ini, 3. Membandingkan prestasi ini dengan standar yang telah di tetapkan, dan 4. Mengambil tindaka korektif bila ada deviasi yang di deteksi. Lewat fungsi semakin banyak organisasi menetapkan cara baru untuk memasukkan mutu kedalam fungsi pengendalian. Salah satu pendekatan populer adalah Total Quality Management. TQM memusatkan pada perbaikan manajemen terusmenerus dalam semua operasi, fungsi, dan yang lebih penying dari semua itu adalah proses pekerjaan. Memenuhi kebutuhan pelanggan menjadi perhatian utama (Shari Caudron, “ Keys to Starting a TQM Program,” Personel Journal, Februari 1993,pp. 28-35).
Hubungan dan waktu bersifat sentral untuk aktivitas mengendalikan. Seringkali manajer harus khawatir tentang mengendalikan adalah, dengan berlalunya waktu, hasil menggorganisasikan hubungan tidak selalu sesuai dengan yang di rencanakan. Natalie Anderson mengendalaikan ketika dia menelaah dan menindaklanjuti laporan kegiatan yang diberikan oleh Diane dan orang-orang lain. Dia juga melakukan pengendalaian pikiran ketika dia mengantisipasi jawaban Vlademir tentang biaya desain iklan. (F.Stoner, E.Freeman & Gilbert,1995:12).
C. MENDISKUSIKAN
Kepemimpinan
Komunikasi kepemimpinan yang efektif
Kegiatan-kegiatan kelompok yang dikoordinasikan oleh pemimpin dalam bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan akhir orgasnisasi, akan berjalan dengan baik apabila segala faktor yang menunjang kearah itu memungkinkannya. Selaindari faktor-faktor kecakapan memimpin, wewenang memimpin dan instrument-instrument pembantu, disatu pihak dan pihak lainya adanya kesedian kelompok pekerja untuk melaksanakan tujuan organisasi dengan tingkat disiplin tertentu masih diperlukan adanya suatu unsur katalisator yang menghubungkan rencanan kebijakan dengan pelaksanannya. Alat penyambung itu adalah koordinasi dan koordinasi akan berjalan lancar apabila komunikasi yang baik dapat diwujudkan atau diciptakan. Onong U. Effendy mengatakan bahwa kepemimpinan yang efektif berarti komunikasi yang efektif. Komunikasi dalam kepemimpinan adalah penting sebagai alat untuk mengkoordinasi instruksi-instruksi dan informasi-informasi dari atasan kepada bawahan. Tentu saja kelompok bawahan sebagai pelaksana haruslah sudah tahu tujuan, (yang walaupun pada dasarnya terdiri dari berbagai tujuan individual). Sesuatu akan berjalan seret bahkan akan terhambat jika tidak ada komunikasi diantara sesama pelaksana maupun kontak hubungan dengan pemimpin sebagai pengatur, pembimbing, dan penunjuk jalan ke arah yang dikehendaki bersama. Hal-hal yang termasuk di komunikasikan antara lain hubunagan dengan muka, penyampain petujuk, instruksi, ide kebijakan kerja, perlakuan kerja, seluk beluk pekerajaan, hak dan kewajiban pimpinan dan para pekerja dan sebagainya. Onong U. Effendy memberikan definisi komunikasi Carl Hovland, sebagai proses dimana seseorang (komunikator) mengoperkan perangsang-perangsang (bisanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan). Jadi dasar untuk mencapai hasil tujuan yang dikehendaki pemimpin dalam satu organisasi adalah terbukanya kesempatan untuk mengadakan hubungan, baik langsung maupun tidak langsung. Dan komunikasi ini adalah alat untuk menetapkan kebijakan pemimpin. Tanpa komunikasi yang efektif, tidak mungkin suatu kebijakan dapat mencapai hasil yang baik.(Soewardi.1980: 47)
Manajer
a. Apa yang dilakukan manajer
Definisi manajemen di muka menyebutkan bahwa manajer adalah perencana, penggorganisasian, pemimpin (pengarah) dan pengawas. Dalam kenyataannya, setiap manajer mengambil peran yang lebih luas untuk menggerakan organisasi menuju sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Agar konsep tentang manajer manjadi lebih jelas, berikut akan diuraikan secara rinci apa tugas-tugas dari manajer:
Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Istilah “orang” mencangkup tidak hanya para bawahan dan atasan, tetapi juga manajer-manajer lainnya dalam organisasi. Disamping itu orang juga termasuk individu-individu dari luar organisasi langganan, penyedia, konsumen, atau langganan, pengurus serikat karyawan, pejabat karyawan kantor pemerintah, dan sebagainya.
Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentanggan dan menetapkan prioritas-prioritas. Setiap manajer akan menghadapi sejumlah tujuan, masalah dan kebutuhan organisasional yang semuanya itu bersaing untuk memperebutkan sumberdaya-sumberdaya organisasi (manusia, material, atau bahkan waktu manajer). Karena berbagai sumberdaya tersebut selalu terbatas, manajer harus menjaga keseimbangan di antara berbagai tujuan dan kebutuhan organisasional.
Manajer bertanggung jawab dan memprtanggungjawabkan. Para manajer ditugaskan untuk menggelola pekerjaan-pekerjaan tertentu secara sukses. Mereka biasanya dievaluasi atas dasar seberapa baik mereka mengatur tugas-tugas yang harus diselesaikan. Lebih lanjut, manajer juga bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan para bawahannya. Sukses atau kegagalan bawahan adalah cermin langsung dari sukse atau kegagalan manajer.
Manajer harus berfikir secara analisis dan koseptual. Untuk menjadi pemikir yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisahkan suatu masalah menjadi komponen-komponen tersebut, dan kemudian mencari penyelesaian yang layak dengan akurat. Dan yang lebih penting bagi manajer adalah menjadi pemkir konseptual, yang mampu memandang keseluruhan tugas dan mengkaitkan suatu tugas dan tugas-tugas yang lain.
Manajer adalah seorang mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang, dan terkadang mereka tidak saling bersetuju atau saling bertentanggan. Bila hal itu terjadi dalam satu unit kerja atau organisasi, maka bisa menurunkan semangat kerja dan produktivitas, atau bisa merusak suasana kerja, atau bahkan para karyawan yang cakap bisa meninggalkan organisasi. Kejadian-kejadian seprti itu menuntut peran manajer sebagai mediator.
Manajer mengambi keputusan-keputusan sulit. Organisasi selalu menghadapi banyak masalah (misal kesulitan financial, masalah personalia, dan sebagainya). Manajer adalah orang yang diharapkan dapat menemukan pemecahan berbagai masalah sulit dan mengambil berbagai kepusan yang akurat
(Handoko,1984:30).
Seorang manajer adalah apa yang dilakuakan manajer, dan manajer tentu saja melakukan banyak hal yang berbeda. Begitu banyak dalam kenyataan, sehingga berbagai peranan dan kegiatan yang telah diuraikan di atas hanya merupakan sebagian saja untuk melengkapi pembahasan tenteng pengertian manajer berikut akan kita uraikan peranan dan kegiata manajer.
b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manjer
Pada dasarnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para manajer dapat diklasifikan kedalam empat kelompok yaitu:
1). Pribadi
2). Teknis
3). Administratif
4). Interaksional
Kegiatan-kegiatan ini berhubungan dengan, dan dapat dipelajari dalam, fungsi-fungsi manajerial. Pemandu kegiatan-kegiatan ini dengan fungsi-fungsinya, akan didapatkan pandangan yang menyeluruh tentang kegiatan manajer (Handoko,1984:30).
c. Peran-peran Manajer
Henry Minzelberg telah malakukan penelitian tentang berbagai macam pekerjaan manajeria, dan kemudian membuat sintesa hasil studi empirisnya mengenai peran-peran manajerial (Henry Minzelberg, The Nature Of Managerial Work, Harper & Row, New York,1973).
Sebagai hasil studinya, Minzelberg menggelompokkan perilaku-perilaku manajer menjadi tiga bidang peranan: antara pribadi, informasional, dan pembuat keputusan.
Seorang manajer mempunyai wewenang formal atas satuan organisasinya, dan itu menentukan statusnya. Wewenang dan status ini menyebabkan manajer terlibat dalam pelaksanaan ketiga peran tersebut. Manajer kemudian menggunakan keterampilan pribadi dan manajerial serta kemampuan untuk melaksanakan peran-perannya secara efektif.
Konsepsi minzelberg ini memberikan pemikiran baru dan cakrawala yang lebih luas tentang fungsi-fungsi dan kegiatan-kegiatan manajerial yang dilakukan manajer.
d. Keterampilan-keterampilan Manajer
Keterampilan-keterampilan manajerial apa yang pada umumnya di butuhkan untuk menjadi seorang manajer yang efektif ? ( Robert Katz, Skills of an effective Administrator”, Harward Business Review, 52 no.5(September- Oktober 1974).
Keterampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.
Keterampilan kemanusiaan adalah kemampuan untuk bekerja dengan, memahami, dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu, ataupun kelompok.
Keterampilan Administratif adalah seluruh keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan pengawasan.
Keterampilan teknik adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-prosedur,atau teknik-teknik dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi, produksi, penjualan, atau pemesinan, dan sebagainya.
D. MEMBANDINGKAN
a. Perbandingan manajer dengan kepemimpinan.
Kita perlu mengingat bahwa istilah-istilah “manajer” dan “leader” walaupun sering dicampurbaurkan, bukanlah merupakan istilah-istilah sinonim. Seorang manajer mengkoordinasikan aktivitas kooperatif dengan jalan melaksanakan fungsi-fungsinya berupa perencanaan, pengawasan, pengorganisasian, penempatan dan memberikan arah. Disebabkan oleh karena fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan dengan bantuan manusia, maka adalah penting sekali bahwa pihak bawahannya dirangsang untuk melaksanakan tugas mereka secara efektif.
Untuk mencapai tujuan, pihak manajer menggunakan kepemimpinan yakni proses mempengaruhi pihak bawahannya agar mereka terangsang untuk memberikan sumbangsi yang efektif bagi aktivitas kooperatif tersebut. Melalui kerja sama, baik manajer maupun bawahannya dapat mengharapkan untuk mencapai kepuasan pribadi mereka sampai suatu tingkat tidak dapat dicapai oleh usaha-usaha individual. Maka seorang manajer memerlukan kemampuan kepemimpinan. Hal tersebut sebuah factor yang vital untuk kesuksesannya. Tetapi, di samping itu diperlukan olehnya kualitas-kualitas lain, seperti misalnya kemampuan untuk mengerti dan melaksanakan aneka macam fungsinya, penilaian yang sehat, inisiatif dan integritas.
b. Usaha pihak bawahan.
Agar menjadi efektif, maka perlu seseorang manajer mempengaruhi kelompoknya agar mereka bertindak sesuai dengan waktu dan secara kooperatif untuk mencapai sasaran kelompok. Riset psikologis modern sebagian dikerahkan kea rah penemuan teknik-teknik yang lebih luas untuk memotivasi manusia. Tetapi ada bahayanya bahwa usaha-usaha tersebut mendekayi keadaan di mana manusia dianggap sebagai benda belaka. Adalah relative mudah menghipnotis manusia, menghilangkan kemanusiaannya, dan memperlakukannya seakan-akan sebuah mesin. Kita dapat memerintahkannya untuk membeli apa yang telah diproduksi, memberi suara menurut perintah, menerapkan skillnya untuk tugas-tugas yang terspesialisasi dan berpikir berdasarkan petunjuk-petunjuk.
Disebabkan oleh karena pengetahuan teknik-teknik untuk memanipulasi manusia makin bertambah dengan berlangsungnya waktu maka perlu dikemukakan suatu peringatan tentang hal tersebut. Kekuasaan untuk menelanjangi jiwa manusia dan memaksanya untuk melakukan apa yang di inginkan oleh pihak lain, merupakan sesuatu hal yang perlu ditakuti. Hal tersebut dapat digunakan untuk melanggar “wilayah pribadi” dan menghancurkan martabat manusia. Keadaan demikian hanya dapat ditangani dengan menggunakan penghalang moral. Kita lebih mengetahui bahwa komunikasi baik merupakan salah satu alat penting untuk memperbaiki hasil pekerjaan pihak bawahan.
c. Persoalan komunikasi.
Tidak usah diragukan lagi bahwa proses kepemimpinan memerlukan komunikasi efektif antara anggota-anggota kelompok. Komunikasi merupakan alat satu-satunya untuk mentransfer ide-ide tentang tujuan-tujuan kelompok, sumbangsi dari anggota-anggota kelompok dan motivasi para anggotanya. Persyaratan bagi komunikasi tergantung pada jenis kepemimpinan. Seorang otokrat yang mengandalkan dari atas visinya sendiri mengenai tujuan kelompok dan alat-alat untuk mencapainya, menganggap bahwa komunikasi merupakan suatu alat untuk memperkenalkan pihak yang membantunya dengan sifat tentang sumbangsi pribadi mereka dan memotivasi mereka untuk berproduksi.
Seorang pemimpin yang “melaksanakan kepemimpinannya” kerapkali tidk banyak mencapai prestasi, oleh karena ia tidak dapat mengarahkan usaha-usaha pengikutnya ke arah sesuatu tujuan. Pemimpinan yang “partisipasif” atau “konsultatif” sangat berkepentingan dengan komunikasi baik, oleh karena ia beranggapan bahwa usaha kooperatif merupakan alat terbaik untuk hasil pekerjaan terbaik dan hal trsebut memerlukan masukan atau input ide-ide serta “goodwill” setiap anggota kelompok. Dapat pula dikemukakan bahwa salah satu penghalang terdapat komunikasi yaitu “teknik” mendengar yang kurang tepat”. Untuk memahami seseorang dan ide-idenya bukan saja diperlukan perhatian sepenuhnya terhadap apa yang dikatakannya tetapi hal yang lebih penting adalah kapasitas serta kesediaan untuk melihat dan mengerti sudut pandang pihak lain. Komunikasi baik, di dasarkan atas kepekaan terhadap kepribadian pihak lain yang cermat untuk memahami asumsi-asumsi dan kelakuan mereka.
5. MENGIDENTIFIKASI
Kepemimpinan
Beberapa faktor penting yang mempenagruhi efektifitas kepemimpinan.
Para pemimpin harusmengetahui kekurangan meraka sendiri dan seluruh lingkungan kepemimpinan untuk melaksanakan kepemimpinan yang baik.
Meskipun banyak faktor lain juga yang mempengaruhi keefektifan pemimpin, keenam faktor ini tampaknya menjadi penting dibadningkan faktor mana pun dan membantu melukiskan sacara ringkas sifat kepemimpinan yang timbal balik. penekannan pada gambar diatas teletak pada kemapuan pemimpin menetukan kekurangan diri mereka sendiri dan lingkungan kepemimpinan mereka secara keseluruhan. Mungkin kalu program-program pelatihan kepemimpinan digunakan, meraka harus mendalami keahlian diagnosa. Namun hal itu tidak harus disimpulkan bahwa orang dapat dilatih dengan mudah untuk mendiagnosa secara akurat situasi kerja dan mengembangkan kemampuan kepemimpinan yang sesuai. Kalau para pemimpin ingin menjadi ahli diagnosa yang cukup luwes menyesuaikan gaya kepemimpinan meraka dengan kenyataan yang dihadapi, ketekunan merupakan hal yang sangat penting. Organisasi harus bersedia merencanakan dan meyediakan dana program pengembangan yang banyak memakan waktu. Pendekatan yang kita anjurkan tidak dapat diterapkan dalam keadaan bahwa mengubah situasi lebih murah dari pada mengubah si pemimpin.
Manajer
Esensi Pekerjaan Manajer
Nilai seorang manajer bukanlah tergantung pada hasil produksi kerja pribadinya tetapi pada produksi yang dapat dicapainya dari orang-orang dengan siapa ia berhubungan. Kualifikasi manajemen secara kasar dapat dibagi dalam tiga kategori umum yaitu:
1. Kemampuan untuk menganalisis dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang memuaskan
Pertama seorang manajer harus memiliki kemampuan untuk menganalisis sebuah problem, sebuah situasi, atau sekelompok keadaan akhirnya mencapai kesimpulan yang cukup memuaskan. Makin tinggi tingkatnya dalam bidang manajemen, makin penting kualifikasi ini baginya.
2. Kemampuan untuk menyusun sebuah organisasi yang tepat
Didalam bukan saja terdapat strukturnya, tetapi pula pilihan serta penugasan orang-orang guna mengisi organisasi yang bersangkutan. Kualifikasi tersebut juga makin penting pada tingkat manajemen yang lebih tinggi, karena di sana ditentukan struktur organisasi dan di sini biasanya dilakukan pemilihan orang-orang secara final untuk”mengisi” organisasi yang bersangkutan.
3. Kemampuan untuk menyebabkan organisasi berfungsi
Meneruskan sasaran-sasaran,cita-cita, dan keputusan-keputusan manajemen lebih tinggi kepada pihak lain, mengusahakan agar sasaran-sasaran tersebut dan keputusan-keputusan diterima dan merangsang semua anggota organisasi supaya bekerja secara efektif kea rah tujuan mereka merupakan kunci bagi keberhasilan perusahaan atau usaha yang bersangkutan.
Kualifikasi tersebut merupakan tes terbesar bagi manajemen dewasa ini; hal tersebut merupakan suatu keharusan pada semua tingkat pada team pada manajemen.
Kepemimpinan sangat berkepentingan dalam hal bagaimana manusia dapat diusahakan untuk bekerjasama ke arah tujuan bersama secara efektif dan dalam suasana gembira.
Daftar Pustaka
1. Birch, Paul, 2006. Instant Leadership, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
2. Fayol, Henry, General and Industrial administration, sir Isaac Pitmans & Sons, London, 1949.
3. F.Stoner, E.Freeman & Gilbert, Management, Practice Hall Inc, New York,1995.
4. Gibson, Donnely & Ivancevich, 1997. Manajemen, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
5. Handayanigrat, Soewarno,1980. Pengantar studi ilmu Administrasi dan Management, Jakarta: PT Gunung Agung.
6. Henry Minzelberg, The Nature Of Managerial Work, Harper & Row, New York,1973
7. John Gage Allee (editor) Webster’s New standard dictionary, Mc. Loughlin brother Inc, New York, 1969.
8. John R. Schermerhorn, 2000. Manajemen, Yogyakarta : ANDI.
9. Patrick E. Connor C.S (eds), Dimensions in modern management, Hougthon Miffin Company, Boston, 1974.
10. Peter F Drucker ,Manajemen Tugas, Tanggung jawab, praktek, PT. Gramedia, Jakarta ,1978.
11. Peter F Drucker,The Practice of Management, Harper & Row, New York, 1954.
12. Robert Katz, Skills of an effective Administrator”, Harward Business Review, 1974.
13. Shari Caudron, “ Keys to Starting a TQM Program,” Personel Journal, Februari 1993.
14. Soewardi, Eddy, 1982. Aspek-aspek kepemimpinan, Bandung : Alumni.
15. Sondan P.Siagian,2003.Filsafat Administrasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
16. Spriengel and Lansburgh, Industrial management, John Wiley & Sons Inc. New York, 1962.
17. Terry,George R, Principles of Management, Richard D. Irwin, Inc. Homewood, Illinois,1977.
18. T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi,BPFE- Yogyakarta,1984.
19. Theodore T Herbert, Dimensions of Organizational Behaviour, Collier Mac Millan, New York, London,1976.
20. Thoha, Miftah, 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta : Rajawali Pers.
21. Thomas Kempner (editor), A Handbook of management, penguin books, Harmondsworth, Middlesex, 1976.
22. T Herbert, Dimensions of Organizational Behaviour, Collier Mac Millan, New York, London, 1976.
23. Winardi,1990. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.
LEMBAR MOTIVASI
TAK ADA KEGAGALAN DALAM HIDUP INI, KECUALI BAGI MEREKA YANG CEPAT PUTUS ASA. HIDUP HANYA SEKALI DAN ITU BERARTI HANYA ADA KATA SUKSES…!!
JIKA ORANG LAIN BISA MERAIH KESUKSESAN, KENAPA KITA TIDAK BISA MELAKUKANNYA ? TUHAN MENGANUGERAHKAN HAL SAMA PADA DIRI KITA DENGAN ORANG LAIN.
“ Hiduplah saat ini tidak usah menyesali saat kemarin, karena hari kemarin sudah berlalu. Dan jangan cemas akan hari esok, karena hari esok akan dating”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar